AESENNEWS.COM, PURWAKARTA – Sebanyak 107 perwakilan Desa Tangguh Bencana (Destana) di Kabupaten Purwakarta mengikuti Pelatihan Pencegahan dan Mitigasi Bencana yang digelar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Pelatihan berlangsung di Kantor BPBD setempat, Selasa (23/9/2025), guna memperkuat kapasitas masyarakat menghadapi ancaman bencana.
Pelatihan ini dilatarbelakangi tingginya kerentanan wilayah Purwakarta terhadap bencana alam. Data yang diungkapkan Pemerintah Kabupaten Purwakarta menunjukkan, dalam tiga tahun terakhir terjadi ratusan kejadian bencana.
"Hingga September 2025, telah terjadi 232 kejadian bencana, didominasi cuaca ekstrem (115 kejadian), banjir (28 kejadian), dan tanah longsor (75 kejadian). Total 3.471 jiwa terdampak," ujar Asisten Daerah I, Rahmat Heriansyah, yang mewakili Bupati Purwakarta H. Saepulloh, S.E., dalam sambutan pembukaan.
Dia menambahkan, data inilah yang mendasari pentingnya peningkatan kapasitas masyarakat dan aparatur dalam mengenali risiko, pencegahan, dan penyiapan strategi tanggap darurat. Pada 2023, tercatat 485 kejadian bencana berdampak pada 25.373 jiwa. Angka kejadian menadi 426 pada 2024, namun jumlah jiwa terdampak masih tinggi, yakni 25.904 jiwa.
"Kondisi geografis dan topografis Purwakarta yang beragam menjadikannya daerah berpotensi bencana seperti tanah longsor, gempa bumi, banjir, dan cuaca ekstrem. Pelatihan ini langkah strategis untuk menciptakan masyarakat yang sigap dan tangguh," jelas Rahmat.
Dia menekankan, perlindungan masyarakat dari bahaya serta risiko bencana merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat, melalui kolaborasi Pentahelix yang melibatkan unsur pemerintah, masyarakat, swasta, akademisi, dan media.
Dalam pelatihan tersebut, peserta dari 107 Destana mendapat pembekalan teoritis dan praktis mengenai struktur operasi penanggulangan bencana, termasuk peran Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD. Kegiatan diakhiri dengan simulasi lapangan untuk mengimplementasikan ilmu yang diperoleh.
Diharapkan, pelatihan ini dapat meningkatkan kemampuan sumber daya manusia di kawasan rawan bencana untuk beradaptasi dan menghadapi risiko secara mandiri, sehingga mampu meminimalisir dampak yang ditimbulkan. *Albert*