AESENNEWS.COM - Teori Positivisme (Auguste Comte)Isidore Auguste Marie Francois Xavier merupakan filsafat yang lahir pada tahun (1798-1856) di Prancis, Auguste Comte merupakan pendiri aliran filsafat fositivisme yang memeperkenalkan teori hukum yaitu (law of three stages). Dalam teori ajarannya menjelaskan mengenai sejarah umat manusia, secara perorangan atau keseluruhan, telah berkembang melalui tiga proses hukum yait tahap teologi atau fiktif, tahap metafisik, dan tahap positif atau ilmiah atau secra real nyata. Yang dimaksud tahap positif di dalam teorinya adalah segala sesuatu yang bentuknya nyata, ada, jelas dan bemanfaat dan berlawanan dengan unsur negatif.
Auguste Comte sendiri
memperkenalkan alirannya dengan nama pandangan filsafat positivisme yang secara
gambaran besar aliran ini dapat diartikan sebgai berikut:
a)
Timbulnya
rasa ketidak puasan terhadap latar belakang manusia yang bersifat naturalistik
dan deterministik terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
b)
Sebagai
respon terhadap keyakinan mengenai kemajuan atau progres pada abad ke-19.
c)
Timbulnya
respon terhadap pemahaman tentang progres perkembangaan yang sudah menjadi
mitos dan mencakup segalanya.
Aliran positivisme
bisa diartikan sebagai aliran yang mengutamakan indera untuk memperoleh
pemahaman atau pengetahuan dan di sertai dengan alat bantu sehingga memperkuat
teorinya dengan cara percobaan atau experimen dengan kata lain comte lebih
mengedepankan pengamatan melalui indera dan kemudia diperjelas dengan bantuan
teknologi yang ada melalui percobaan.
Aguste Comte
menjelaskan bahwa fikiran manusia dibagi menjadi tiga fase dimana yang pertama
adalah teologik, metaphisik, dan positif. Aliran teologik sendiri memandang
bahwa pada dasarnya segala sesuatu hidup dengan kemauan dan kehidupan seperti
dirinya sendiri, teologik sendiri di bagi menjadi 3 tahap antara lain:
a)
Animism,
fetishisme – yang mengartikan bahwa setiap benda mempunyai kemauan sendiri.
b)
Polytheisme
– memandang Tuhan atau Dewa bisa menampilkan dirinya dalam sebuah objek
berdasarkan kemauannya.
c)
Monotheisme
– menjelaskan bahwa Tuhan hanya satu dan mempu menampilkan keamauannya pada
ragam objek.
2. Perkembangan
teknologi dan Teologik, Metafisik
(Agama)
Manusia pada dasarnya
memiliki pengetahuan akal yang dalam proses peradaban semakin berkembang ke
arah yang lebih baik untuk kesejahteraan dan kebahagiaan manusia itu sendiri.
Perkembangan ilmu pengetahuan manusia melalui beberapa proses diantaranya :
a) Adanya revolusi agraria
atau pertanian- yang membuat peradaban manusia lebih baik dan tidak perlu
berburu yang bisa membahayakan nyawanya dan kebutuhan untuk pangan dapat
terpenuhi. Revolusi ini menandai adanya suatu peradaban manusia.
b) Adanya Hukum dan pemerintah- adanya
hukum dan pemerintah menjadi pengatur dari peradaban manusia yang semakin
berkembang dan bertambah banyak sehingga di perlukan aturan dan peran manusia
adalah membuat pemerintahan dan hukum agar menciptakan rasa aman.
c) Adanya revolusi Industri 1.0- dengan
ditemukannya mesin uap ini menjadi revolusi peradaban manusia untuk lebih maju
dan berkembang dalam sektor industri. Dan manusia menjadi peran penting adanya
revolusi in yang membuat perubahan peradaban manusia.
d) Revolusi 2.0- yang
merupakan revolusi adanya listrik, efisiensi mesin dan revolusi, sehingga
revolusi ini lagi-lagi membuat peradaban manusia berubah dan berkembang lebih
maju berkat peran manusia dalam ilmu pengetahuan.
e) Revolusi 3.0- dengan
ditemukkannya komputer dan perangkat lain, menjadikan peradaban manusia lebih
maju lagi dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan yang semua berkat dari
peran manusia sebagai faktor yang mengakibatkan perubahan peradaban manusia.
f) Revolusi 4.0- yang
ditandai dengan ditemukannya internet, dan kecerdasan buatan yang saat ini kita
rasakan dan nikmati semua ini tidak lepas dari peran manusia dalam menciptakan
peradaban itu sendiri demi kemajuan suatu peradaban manusia.
Pencarian kebahagiaan manusia
belum selesai dengan ditemukannya berbagai ilmu dan teknologi yang ada dimasa
sekarang, yang pada dasarnya kebutuhan manusia tentang hidupnya sudah mulai
terpenuhi di masa sekarang yaitu dalam segi
·
Fisiologi,
dimana kebutuhan manusia untuk bertahan hidup sudah terpenuhi lewat teknologi
pangan yang mempermudah produksi makanan secara masal.
·
Rasa aman, dimana manusia sudah mendapatkan
rasa aman dan jauh dari ancaman kematian baik dari perang dan segi kesehatan
dengan adanya teknologi terbarukan dari segi kesehatan, dan perlindungan
keamanan dari negara terhadap rakyatnya.
·
Sosial,
dimana hal ini sudah terpenuhi meski belum secara menyeluruh manusia bisa
berinteraksi dengan manusia lain, baik melalui teknoloogi smartphone yang ada
dimasa sekarang.
·
Penghargaan,
pencapaian manusia dalam berbagai sektor perlu adanya penghargaan dari manusia
lain sebagai pengakuan diri dan hal ini juga nampaknya sudah dirasakan dan
mulai terpenuhi oleh manusia dimana pada masa sekarang orang yang memiliki
disiplin ilmu yang berguna bagi orng lan akan dihargai dengan beberapa aspek.
·
Aktualitas,
manusia pada dasarnya tidak akan merasa puas terhadap apa yang dia ciptakan
sehingga dimasa sekarang pengaktualitasan diri manusia sudah di fasilitasi oleh
pemerintah atau teknologi yang ada.
Sehingga dalam hal ini kebutuhan manusia sudah terpenuhi
meskipun belum secara menyeluruh dan masih terjadi ketimpangan di berbagai
sektor, dengan adanya teknologi manusia makin dipermudah dalam berbagai sektor
kehidupan. Sehingga teori positivisme yang dikemukakan oleh Aguste Comte Pada awal abad ke-19 yang mengumumkan optimismenya
tentang masa depan manusia. Katanya, suatu saat nanti, manusia akan masuk pada
fase ”positif”, yaitu fase ketika segala peristiwa dapat dijelaskan melalui
ilmu pengetahuan. teori Aguste Comte ini pada masa sekarang bisa
dibilang terjadi pasalnya berkat teknologi dan ilmu pengetahuan segala sesuatu
dapat dijelaskan secara ilmiah dan experimen yang nyata dan logis, dengan
perkembangan yang sangat pesat di masa sekarang beberapa kalangan filsafat
menegaskan bahwa segala sesuatu harus bisa dijelaskan secara nyata lewat
teknologi ilmu pengethuan yang memadai pada masa sekarang. Dimana jika mengacu
pada teori Aguste Comte manusia pada masa sekarang sudah masuk ke masa perlihan
pase positif yang dimana manusia di permudah dengan segala kecanggihan yang ada
untuk mempermudah hidup manusia sehingga manusia tidak perlu upaya yang cukup
keras untuk memperoleh sesuatu dan dengan teknologi yang pesat dan mendukung
untuk penelitian dan experimen untuk memperjelas bahwa segala sesuatu dapat di buktikan
dengan teknologi.
Namun hal ini tdak mendasari manusia untuk
meninggalkan fase teologik dan metafisik yang dalam arti lain adalah
kepercayaan terhadap Agama atau keyakinan yang bersifat tidak bisa dijelaskan
atau berwujud melalui teknologi yang ada pada masa sekarang. Jika melihat pada
perkembangan masyarakat di indonesia perkembangan teknologi yang tidak terlalu
berpengaruh pada keyakinan terhadap suatu hal yang bersifat suprarasional atau
keyakinan terhadap Tuhan. Dalam hal ini perkembanagan teknologi yang ada tidak
bertentangan dengan agama dan kepercayaan namun bisa saling menguntungkan satu
sama lain. Dengan perkembangan teknologi yang pesat tidak serta merta dari segi
teologik atau agama hilang hal ini dikarenakan agama juga berkembang dengan teknologi
yang ada pada masa sekarang dan sehingga tidak berpatokan pada budaya kuno yang
sudah tidak relevan lagi pada masa sekarang.
Ketika manusia sudah mencapai kebahagiaan dan
keinginan dalam hidupnya yang disediakan oleh teknologi manusia akan mengalami
rasa dimana:
·
Manusia
akan mengalami kekosongan batin dimana manusia menggangap segala sesuatu
tentang kebutuhan fisik dirinya sudah disediakan oleh teknologi, namun dalam
segi jiwa atau rohani merasakan kekosongan dan tidak terpenuhi oleh teknologi
yang ada.
·
Manusia
tidak akan merasakan perjuangan dalam memperoleh sesuatu, dimana teknologi yang
ada pada masa sekarang sudah memfasilitasi segala bentuk kebutuhan manusia
sehingga proses pencapaian sesuatu akan mudah dengan bantuan teknologi akan
tetpi manusia tidak akan merasakan betapa berharganya suatu proses dalam
pencapaian sesuatu dengan kemampuannya sendiri.
·
Manusia
tidak akan mengandalkan keyakinan spritualnya dan merasa tidak memerlukan
faktor x atau Tuhan dalam kehidupannya, sehingga hal ini akan menimbulkan sifat
angkuh dalam diri manusia yang pada dasarnya manusia perlu pijakan atau dasar
pegangan terhadap suatu entitas yang lebih besar dari dirinya.
Sehingga dalam hal ini
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bertentangan dengan agama atau
keyakinan manusia, pemkembangan yang sudah di fase positif tidak relevan di
masa sekarang pasalnya kelompok-kelompok dan ahli agama berjalan beriringan
dengan memanfaatkan teknologi yang ada sehingga teknologi tidak menjadikan
kepercayaan terhadap agama hilang. Pada masa sekarang kita dihadapkan pada
kenyataan yang distraktif dimana penggunaan teknologi untuk peguatan spritual
memiliki banyak persoalan tersendiri, hal ini dilihat dari beberapa kelompok
yang menentang teknologi untuk bisa berbaur dengan agama dan ada juga yang
menerapkan teknologi dalam agama atau beribadah. Namun yang menjadi dasar dan
fokus kita adalah keyakinan atau spritual tidak akan hilang dan mati oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal mendasar dikarenakan manusia akan
selalu mencari kepuasan, ketenangan, jiwa atau batin (rohani) dirinya sendiri
yang tidak bisa diberikan oleh teknologi dan hanya bisa di rasakan dan di
dapatkan oleh dirinya hanya dari Tuhan, ataupun Entitas yang lebih besar dari
dirinya.
Contoh
kasus penerapan teknologi dalam beribadah atau Agama :
a)
Dilansir
dari sumber antaranews.com “Katedral Fasilitasi Umat Beribadah Misa Natal 2021
Secara Daring”. Pengurus katedral jakarta memfasilitasi umat untuk bisa
beribadah misa natal secara daring pada 24-25 Desember 2021 hal ini dikarenakan
adanya pembatasan sosial guna mencegah penyebaran virus covid-19 di lingkungan
gereja. Umat gereja diarahkan menggunakan smartphone untuk proses ibadah daring
melalui laman website dan chanel Youtube greja katedral jakarta.
b)
Dilansir
dari kemenag.go.id “Kementrian Agama Luncurkan Aplikaasi Al-Quran Digital”. Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran Balitbang dan Diklat,
Kementerian Agama, akan meluncurkan aplikasi Al-Quran digital, dengan sebutan
Quran Kemenag, pada 30 Agustus 2016. Peluncuran Quran Kemenag tersebut
bertepatan dengan diselenggarakan Seminar Internasional Al-Quran, sekaligus
memperingati 1450 tahun turunnya Al-Quran, kata Plt. Kepala Bidang Pengkajian
Al-Quran Balitbang Kemenag, Mukhlis M. Hanafi di Jakarta.
c)
Dengan adanya beberapa tokoh Agama yang menggunakan teknologi
sosial media, baik Youtube, Facebook, Instagram dalam rangka penyebaran agama,
ceramah, khotbah, dan lain sebagainya untuk menjangkau kalangan tanpa batasan
waktu dan tempat.
Kesimpulan :
Teknologi dan ilmu pengetahuan
tidak akan ada habisnya manusia akan selalu berusaha menyempurnakan apa yang di
inginkan dengan kemampuannya baik dalam teknologi kesehatan, sosial, industri
dan lain seagainya. Namun pada dasarnya teknologi dan teologik atau kegamaan
tidak bertentangan dan justru dengan adanya teknologi penyampaian mengenai
agama akan mudah tersampaikan melalui teknologi sosial media yang berkembang
pada masa sekarang. Manusia di harapkan mampu mengembangkan pengetahuannya,
teknologi demi kesejahteraan peradaban manusia dan tidak mengurangi rasa
spiritualitas terhadapa ke Tuhanan yang diyakini.